MediaProfesi.com
  • Fokus Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Profil
  • Teknologi
  • Sosialita
  • Gaya Hidup
  • Mabruk TV
Selasa, 10 Juni 2025
No Result
View All Result
  • Fokus Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Profil
  • Teknologi
  • Sosialita
  • Gaya Hidup
  • Mabruk TV
Selasa, 10 Juni 2025
No Result
View All Result
MediaProfesi.com
No Result
View All Result
Home Nasional

PELANTIKAN PRESIDEN AS: Demi “Legacy”, Biden ‘Tekan’ Israel

Syamhudi Oleh Syamhudi
PELANTIKAN PRESIDEN AS: Demi “Legacy”, Biden ‘Tekan’ Israel

Foto: Istimewa

Penulis: Sabpri Piliang – Wartawan Senior

Jakarta, Media-profesi.com – Berpacu dengan waktu! Tanpa “legacy”, atau dengan “legacy”? Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden risau, masa jabatan tinggal lima hari.

“Legacy”nya? Membiarkan Israel sebebas-bebasnya. Semau-maunya, sekehendak hatinya. Padahal, siapa yang berani menolak “hardikan”, siapa yang berani melawan “political will” AS?

Perasaan “tidak enak” pada dunia. Meninggalkan “White House” 20 Januari, dengan Gaza seperti “neraka”. Meninggalkan Gedung Putih dalam paradigma AS tidak berani menekan Israel. Sejatinya adalah “legacy berdarah” (bloody legacy).

Tiba-tiba kita dikejutkan, hal yang bukan Israel ‘an sich’. Kesepakatan damai Israel-Hamas, hampir rampung. Apa yang terjadi? Sebegitu cepatkah pembicaraan titik temunya yang sangat rumit?

Diperkenalkan oleh filsuf Jerman Immanuel Kant dalam konsep filsafat “Ding an sich”, yang artinya “pada dirinya sendiri”. Merefleksikan sebuah dominasi dan kegagahan satu pihak, terhadap pihak yang lain.

Israel telah menjadi “hukum positif” yang tidak akan pernah keliru. Dibenarkan, dengan banyak varian asumsi. Apa pun yang dilakukan, harus dibenarkan. Protes di mana-mana, demo di seantero. Tak ada arti! Tak ada yang bisa menghentikan, kecuali “political will” AS.

Sabpri Piliang – Wartawan Senior

Memblokade makanan, menghancurkan RS, memberangus jurnalis, bisa dibenarkan. Itulah “Israel an sich”.

Joe Biden, kini berpacu dengan waktu. Tak ada ‘remah’ kebaikan yang akan dikenang dunia, dan khususnya oleh rakyat Palestina. Kecuali darah, dan darah.

Sejumlah 46.000 lebih korban, entah itu kombatan (Hamas). Entah itu anak-anak, perempuan, orangtua. Israel tetap merasa tak bersalah. Israel merasa membela diri. Dunia, pun menonton dan meng-iyakan!

Kita dikejutkan! Secepat itukah kesepakatan untuk berdamai? Secepat itukah Israel setuju dengan klausul Palestina. Padahal, hampir setahun ini, misi bolak-balik perunding AS-Mesir-Qatar, buntu! Mentok!

Israel butuh pembebasan 90-an sandera yang masih hidup. Palestina butuh pembebasan pemimpin kharismatik Palestina Marwan Barghouti (faksi bersenjata Fatah). Dan, satu tokoh lagi Ahmad Saadat (faksi PFLP). Di samping, tentu delapan tokoh utama lain.

Tahukah? Marwan Barghouti bukanlah Hamas.  Tokoh 65 tahun ini, berasal dari faksi berseberangan dengan Hamas (baca: Fatah). Dia adalah tokoh yang sangat dihormati bangsa Palestina secara inklusif. Tanpa sekat, oleh Hamas sekalipun.

Hamas mensyaratkan pembebasan Barghouti untuk dipertukarkan dengan sandera.

Saya memprediksi, andaikan Palestina merdeka. Barghouti bisa diterima oleh semua faksi untuk menjadi Presiden dan pemimpin bangsa Palestina. Dalam wilayah sebelum Perang 1967 (Tepi Barat dan Jalur Gaza).

Marwan Barghouti merupakan harapan bangsa Palestina. Di tangannya, akan terjadi Persatuan Palestina ketimbang Mahmoud Abbas yang dinilai terlalu lembek, kompromistis, dan fragmatis. Atau Muhammad Dahlan, sosok yang disukai AS-Mesir-Israel.

Ditahan tahun 2002, tokoh Intifada Palestina ini, dihukum seumur hidup oleh pengadilan Israel. Hingga kini, Barghouti telah mendekam sekitar 23 tahun di penjara Israel.

Alotnya perundingan Israel-Hamas, karena Israel tetap ingin berperang. Setelah sandera dibebaskan. PM Israel Benyamin Netanyahu implisit, mau kesepakatan yang dibuat tersegmentasi. Tidak inklusif.

Foto: Istimewa

Israel memaksakan. Hak prerogatif pembebasan tahanan Palestina (di penjara Israel), berada di pihaknya. Hamas tidak diperkenankan meminta pembebasan dan pertukaran dengan menyebut nama.

Negeri zionis ini akan memilih siapa yang bisa dibebaskan, siapa yang tidak. Satu hal yang juga berbahaya, hak prerogatif menyebut Israel boleh memulai lagi pertempuran (permusuhan), setelah tenggat kesepakatan berakhir.

Gaza, sungguh sudah sangat menderita. Hamas menginginkan perdamaian, dengan membebaskan seluruh sandera Israel. Imbalannya: pengakhiran peperangan, penarikan Pasukan Israel dari Gaza, dan pembebasan Marwan Barghouti.

Syarat Hamas ini tak pernah disetujui Israel. Sejak perundingan Agustus 2024 lalu. Lantas, tiba-tiba setelah Utusan Presiden terpilih AS Donald Trump, Steve Witkoff dan Utusan Presiden Joe Biden (Bret McGurk), ter-‘declared’ kesepakatan. Perdamaian sudah hampir terlaksana (rampung).

Saya menganalisis, “pressure” AS mulai serius terhadap Israel. Masa jabatan Joe Biden sudah “injury time”. Sementara, mentahnya normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi, opini publik yang memperburuk citra AS sebagai negara demokrasi terbesar. Membuat AS tak punya pilihan. Waktunya sudah habis.

Sebelum ini, AS berasumsi. Hamas akan menyerah pasca habisnya para pimpinan teras: Saleh Al-Aroury, Mohammad Deif, Marwan Issa, Ismail Haniyeh, dan Yahya Sinwar. Ternyata tidak!

“Deadline” hingga jelang 20 Januari (pelantikan Presiden AS), ternyata Hamas masih berdiri kokoh.  Tak ada pilihan, demi “legacy” baik, dan “happy ending”nya Joe Biden saat lengser.

Kali ini Israel harus menuruti apa kata AS! Penuhi prasyarat Hamas, sekalipun berisiko jatuhnya PM Benyamin Netanyahu.

Dengan begitu. Potensi ditinggalkan Menteri Keuangan Bazalel Smotrich (partai Jewish Home) dan Menteri Keamanan Dalam Negeri Ittamar Ben-Gvir (partai Otzma Yehudit), terbuka lebar. Keduanya tokoh garis keras Israel.

Itu artinya, koalisi Pemerintahan akan bubar, dan Benyamin Netanyahu harus mundur.

Pilihan sulit, namun Joe Biden juga tak ingin meninggalkan “jejak berdarah”! * (Syam)

Share3Tweet2Send

Related Posts

GELOMBANG PHK: Perang Dagang, dan Pasif-Agresif
Ekonomi

GELOMBANG PHK: Perang Dagang, dan Pasif-Agresif

Oleh Syamhudi
Minggu, 4 Mei 2025
SIDANG POLITBIRO CHINA: Perang Dagang, Tanpa Pemenang
Ekonomi

SIDANG POLITBIRO CHINA: Perang Dagang, Tanpa Pemenang

Oleh Wahyu
Selasa, 29 April 2025
PRAGMATISME INGGRIS: Instrumen “Tumpul”, Tarif Trump
Ekonomi

PRAGMATISME INGGRIS: Instrumen “Tumpul”, Tarif Trump

Oleh Pratama
Senin, 28 April 2025
GUNCANGAN TRUMP: Harga Emas makin “Menggila”
Ekonomi

GUNCANGAN TRUMP: Harga Emas makin “Menggila”

Oleh Pratama
Jumat, 25 April 2025
Tekanan Tarif dan Makro Terhadap Perekonomian Indonesia
Ekonomi

Tekanan Tarif dan Makro Terhadap Perekonomian Indonesia

Oleh Syamhudi
Rabu, 23 April 2025

RECOMMENDED

Inovasi AI Membawa Lebih Dekat ke Semua Orang

Inovasi AI Membawa Lebih Dekat ke Semua Orang

4 Mei 2025
Asuransi Astra Kembali Raih Indonesia Human Capital Awards 2025

Asuransi Astra Kembali Raih Indonesia Human Capital Awards 2025

4 Mei 2025

MOST VIEWED

  • Biaya Haji Musim 2023 Diusulkan Naik Menjadi Rp69 Juta per Jemaah Haji, Ini Alasan Menag

    Biaya Haji Musim 2023 Diusulkan Naik Menjadi Rp69 Juta per Jemaah Haji, Ini Alasan Menag

    559 shares
    Share 224 Tweet 140
  • Dokter Phedy Memiliki Keahlian Menangani Berbagai Masalah Tulang Belakang

    359 shares
    Share 144 Tweet 90
  • Mengawali Tahun 2023, Sharp Luncurkan LED TV Aquos IIOTO Series Terbaru

    352 shares
    Share 141 Tweet 88
  • Dable Terbitkan ‘Digital Media Landscape 2021’, Termasuk TOP 30 Media di Indonesia

    327 shares
    Share 131 Tweet 82
  • Kementerian Agama Buka Seleksi Petugas Haji 2023, Syarat Utama Wajib Penguasaan IT

    320 shares
    Share 128 Tweet 80
MediaProfesi.com

MediaProfesi menyediakan berita aktual

CATEGORY

  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Nasional
  • Profil
  • Sosialita
  • Teknologi
  • Uncategorized

© 2010 & 2021 MediaProfesi.com - Hak cipta oleh MediaProfesi.com

No Result
View All Result
  • Fokus Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Profil
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Sosialita

© 2010 & 2021 MediaProfesi.com - Hak cipta oleh MediaProfesi.com