Penulis: Sabpri Piliang – Wartawan Senior
Jakarta, Media-profesi.com – Kepingan “Puzzle” yang berserakan, mulai membentuk formasi ideal. Meski satu, atau dua keping lagi yang belum menyempurnakan konfigurasi. Formasi Timnas Indonesia saat ini, sudah cukup memadai.
Berlaga dan lolos ke Piala Dunia (World Cup), untuk enam hingga 10 tahun lalu. Bagi Indonesia, hanya imajinasi. “Imagine”, kata John Lennon dalam satu ‘hits’nya tentang peperangan. “Imagine there’s no heaven”, berkhayal tak ada surga. Berkhayal tak ada Piala Dunia.
Masuknya mantan Presiden Inter Milan (Erick Tohir), salah satu klub elite Liga Italia, memimpin Federasi Sepak bola Indonesia. Telah mengubah paradigma ‘inferior’, menjadi ‘superior’. Superior, dalam pengertian yakin dan mampu. Bukan ‘superior’ takabur.
Lolos ke Piala Dunia 2026 (AS, Kanada, Meksiko), sejatinya bukan lagi imajinasi. Seperti enam dan 10 tahun lalu. “Pre-eliminary”-nya, telah dimulai 6 September dinihari, di Riyadh (Arab Saudi). Bermain elegan, menahan tuan rumah saat ‘away’ 1-1. Bukan hal mudah.
Imajinasi, tentu membutuhkan ‘koki’ atau tukang, yang memahami kultur, ‘expert’, dan karakter pemain timnya, juga karakter tim lawan.
Sebagai bengkel tempat men-desain semua rencana dan rekaan kekuatan lawan, Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong akan berbuat maksimal. Karena secara harfiah, arti imajinasi adalah ‘bengkel’. Bengkel tempat melakukan simulasi SWOT (strength, weakness, opportunity, dan treaty). Mudahnya, ukur diri.
Hasil imbang di pertandingan pertama melawan rangking 56 dunia Arab Saudi, adalah kapital berharga. Sementara kekalahan Australia (dari Bahrain) sebagai lawan ke-2 Indonesia (10/9), memberi spirit, Australia bisa dikalahkan.
Hasrat untuk berprestasi optimal dalam 10 ‘match’ ‘home and away’ yang akan dilakoni Timnas Indonesia hingga Juni 2025, tambah membuncah. Kedatangan amunisi Maarten Paes (kiper), yang diperlihatkannya saat ‘away’ dengan Arab Saudi, memberi keyakinan. Indonesia tidak ‘inferior’.
Ada keyakinan setelah laga pertama, lima tim lain di Group C (selain Indonesia): China, Bahrain, Jepang, Arab Saudi, dan Australia, mulai memperhitungkan Indonesia untuk lolos langsung di dua terbaik, atau maju ke putaran ke-4.
Kekalahan China 0-7 atas Jepang, tumbangnya Australia 0-1 atas Bahrain, dan draw 1-1 Indonesia dengan Arab Saudi, telah mengubah konfigurasi “imagine” seluruh peserta Group C. Australia, yang akan berlaga ‘away’ dengan Timnas Indonesia besok di GBK (19.00), secara psikologis dalam keadaan tertekan (self-pressure).
Penulis memperkirakan, pertandingan ‘away’ akan jauh lebih berat ketimbang ‘home’. Australia mestinya memenangkan ‘first time’ di Queensland (6/9) atas Bahrain, dan mengejar draw ketika ‘away’ versus Indonesia.
Australia yang dihantui beban mesti menang, bisa bermain tidak lepas. STY harus memanfaatkan ini, lewat permainan ukur sudut (trigonometri) dan ukur ruang (stereometri), lewat umpan ‘crossing’ akurat dan terukur. Indonesia akan mengalahkan Australia, bila mampu meminimalisir kesalahan.
Capaian draw Indonesia atas Arab Saudi, secara psikologis telah membuat mental pemain Timnas Indonesia, lebih terjaga. Untuk tidak dikatakan rileks. Bermain di depan publik GBK, Jay Idzes dkk lebih diuntungkan secara psikologis.
Memang, ‘head to head’ Timnas Senior Indonesia versus Australia tidaklah positif. Bahkan, di babak 16 besar Piala Asia (Qatar) 2023, Indonesia mengalami kekalahan besar 0-4. Namun, waktu itu, enam pemain naturalisasi andalan, masih belum bermain.
Mereka yang belum memperkuat Timnas Indonesia saat itu: Thom Haye, Nathan Tjoe A-On, Ragnar Oratmangoen, Jay Idzes, Marteen Paes, dan Calvin Verdonk. Ke-6 pemain naturalisasi ini, dimainkan saat melawan Arab Saudi pekan lalu. Hasil manis pun didapat.
Serakan (acak-acakan) enam “puzzle” itu, kini bersatu. Membentuk formasi baru, dan telah membuktikan kekuatannya. Dilatih oleh maestero Roberto Mancini, Maarten Paes menggagalkan tendangan penalti bintang Arab Saudi, Salem Al Dawsari. Begitu juga, saat Ragnar Oratmangoen menembus jala gawang Mohammed Al Owais.
Melawan anak-anak asuhan Graham Arnold (Australia), pelatih Kepala Shin Tae Yong (STY), dan pelatih ‘striker’ Yeom Ki-hun, telah mempersiapkan lini serang Indonesia yang kemungkinan akan diisi oleh Raffael Struick, Marselino Ferdinand, juga Witan Sulaeman.
Sementara Ragnar Oratmangoen akan mengacak-acak pertahanan Australia lewat terobosannya bersama Sandy Walz. Lini pertahanan, Jay Idzes tidak usah diragukan bersama Justin Hubner dan Rizky Ridho. Marteen Paes, apalagi. Ini, jaminan mutu untuk berimajinasi membaca arah bola ke gawangnya.
Ada dua probabilitas yang bisa kita prediksi pada pertandingan Indonesia-Australia besok malam. Pertama, Australia dengan lini depan (striker): Mitchell Duke (FC Machida Zelvia-Jepang), John Iredale (AaB Fodbold-Denmark), dan Adam Taggart (Perth Glory FC-Australia), akan bermain habis-habisan, dengan tekad kuat. Harus menang.
Bila kalah, ini akan mempersulit The Socceroos”, di delapan pertandingan sisa Group C. Tentu, teknik bermain Timnas Australia semua tidak ragu. Namun secara mental akan sangat mengganggu dan ‘down’.
Probabilitas kedua yang akan mempengaruhi psikologis permainan Australia adalah, eksistensi pemain Indonesia.
Meskipun Australia memiliki pemain yang merumput di Klub elite dunia: Mathew Ryan (AS Roma-Italia), Joe Gauci (Aston Vila-Inggris), Nestory Irankunda (Bayern Munich-Jerman), Indonesia kini juga dipenuhi dengan pemain yang merumput di Eropa.
Garuda bukan lagi tim ‘underdog’ saat mereka dibantai 4-0 pada (Piala Asia) lalu. Indonesia, kini telah berubah, dari ‘underdog’ menjadi Kuda Hitam. Pelatih Indonesia Shin Tae Yong, sempat memberi statemen, “Indonesia kini Kuda Hitam”.
Nama-nama: Jay Idzes (Venezia-Italia), Justin Hubner (Wolverhampton-Inggris), Nathan Tjoe A-On (Swansea City-Inggris), Sandy Walz (KV Mechelen-Belgia), Shayne Pattynama (KAS Eupen), Raffael Struick (ADO Den Haag-Belanda), Marselino Ferdinand (Oxford-Inggris), akan menjadi mimpi buruk bagi Timnas Australia, besok malam.
“Nasib baik bisa dipesan,”kata penulis terkenal Napoleon Hill, dalam bukunya “Think and Grow Rich” (2006). Cara memesannya? Dengan bermain gigih, ngotot, mengikuti semua skema pelatih Shin Tae Yong.
Kemenangan Timnas Indonesia atas Australia, kini tinggal 30 jam lagi. Sambil mengunyah sepotong roti, kita saksikan kemenangan itu. * (Syam/Pra) – Foto: Istimewa